PASKIBRA
Pengertian
Paskibra
Paskibra
adalah pasukan pengibar bendera. Orang pertama yang mengerek atau mengibarkan
bendera (Pusaka) adalah Bapak Latief Hadiningrat dan Suhud pada detik-detik
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Dalam
Memperingati HUT RI 1946, Bapak H. Muntahar (Ajudan Kepresidenan), merujuk lima
orang wakil daerah yang tinggal di Yogyakarta, salah satunya Titiek Dewi, Siswa
SLTA Sumbar. Bapak H. Muntahar merujuk lima orang wakil daerah maksudnya
disamakan dengan lima sila dalam Pancasila. Dilanjutkan Pada HUT RI tahun
1947-1948 dengan jumlah pengibar tetap lima orang dari wakil-wakil daerah yang
tinggal di Yogyakarta. Pada 1950-1966 pengibaran bendera diatur oleh Rumah
Tangga Kepresidenan.
Dirjen Udaka
(Direktorat Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka) mengadakan latihan Pandu
Ber-Pancasila yang erat kaitannya dengan Paskibraka kelak. Saat itu latihan
tersebut sempat diuji-cobakan dua kali yaitu pada 1966-1967 yang anggotanya
terdiri dari para Pramuka Penegak dari Gudep di DKI Jakarta.
Pada 1967,
dengan mengembangkan amanat dari Presiden Soeharto, Bapak H. Muntahar
mengembangkan Formasi pengibaran menjadi tiga, yaitu:
Formasi 17 =
Kelompok 17 => Pengiring
Formasi 8 =
Kelompok 8 => Pengibar atau Pembawa
Formasi 45 =
Kelompok 45 => Pengawal
Formasi itu
melambangkan simbol dari tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu
17 Agustus 1945.
Pada 17
Agustus 1968, Petugas Pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan daerah
atau provinsi, tetapi karena saat itu belum semua daerah atau provinsi dapat
,mengirim wakilnya, maka pengibaran ditambah oleh "X" (Anggota Tahun
1967). Pada tahun 1969, secara resmi anggota Paskibraka adalah dari 26 Provinsi
yang tiap Provinsinya diwakili sepasang remaja putra dan putri.
dari
1967-1972 anggota yang terlibat masih dinamakan sebagai "Anggota
'Pengerek' Bendera". Baru pada 1973, Bapak Idik Sulaiman (Pelopor
Paskibraka) mengubah nama tersebut "PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA"
atau "PASKIBRAKA".
Moto
Paskibra
Disiplin
adalah nafasku
Paskibra
tidak takut kalah
Paskibra
tidak takut salah
Paskibra
tidak takut jatuh
Paskibra
tidak takut mati
Takut mati
jangan hidup
Takut hidup
mati sekalian
Kalau ada
1000 kami adalah 1
Kalau ada
100 kami tetap 1
Kalau ada 10
kami yakin tetap 1
Kalu ada 1
ya itulah kami Paskibra
Lambang
Paskibra
BUNGA TERATAI
Teratai adalah tanaman yang dapat tumbuh di dua tempat, yaitu darat dan air. Maksudnya bahwa anggota Paskibraka itu harus siap dalam melaksanakan tugas dimansaja.
MATA RANTAI
Terdiri dari lingkaran dan belah ketupat yang berarti persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan. Belah ketupat bermakna anggota Paskibraka putra yang berjumlah 16 dan lingkaran bermakna anggota Paskibraka putri yang berjumlah 16 juga, serta membentuk lingkaran yang menandakan arah mata angin. Maksudnya adalah bahwa anggota Paskibraka yang terdiri dari putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan saling bersatu.
BAGIAN BUNGA TERATAI
3 (tiga) buah kelopak bunga yang menjulang keatas dari kiri ke kanan, bermakna anggota Paskibraka itu disiplin, aktif dan gembira.
3 (tiga) buah kelopak bunga yang mendatar dari kiri kekanan, bermakna anggota Paskibraka itu belajar berbakti dan bekerja.
Tangkai bunga bermakna bahwa anggota Paskibraka itu muncul dari ketidaktahuan menjadi tahu.
Warna hijau melambangkan perintis pemuda.
Teratai adalah tanaman yang dapat tumbuh di dua tempat, yaitu darat dan air. Maksudnya bahwa anggota Paskibraka itu harus siap dalam melaksanakan tugas dimansaja.
MATA RANTAI
Terdiri dari lingkaran dan belah ketupat yang berarti persatuan, kebersamaan dan kekeluargaan. Belah ketupat bermakna anggota Paskibraka putra yang berjumlah 16 dan lingkaran bermakna anggota Paskibraka putri yang berjumlah 16 juga, serta membentuk lingkaran yang menandakan arah mata angin. Maksudnya adalah bahwa anggota Paskibraka yang terdiri dari putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan saling bersatu.
BAGIAN BUNGA TERATAI
3 (tiga) buah kelopak bunga yang menjulang keatas dari kiri ke kanan, bermakna anggota Paskibraka itu disiplin, aktif dan gembira.
3 (tiga) buah kelopak bunga yang mendatar dari kiri kekanan, bermakna anggota Paskibraka itu belajar berbakti dan bekerja.
Tangkai bunga bermakna bahwa anggota Paskibraka itu muncul dari ketidaktahuan menjadi tahu.
Warna hijau melambangkan perintis pemuda.
PENERAPAN BENDERA MERAH PUTIH :
Bendera tidak boleh menyentuh tanah
Bendera tidak boleh menyentuh tanah
Bendera tidak boleh dikibarkan
terbalik / melilit
Bendera harus disimpan dengan baik
Bendera harus bersih
Bendera harus utuh / tidak sobek
Bendera tidak boleh untuk alas
Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
Bendera tidak boleh ada tambalan
Bendera tidak boleh untuk bermain
Bendera tidak boleh untuk pembungkus
Bendera tidak boleh untuk pakaian
Bendera tidak boleh untuk selimut
Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
Bendera harus disimpan dengan baik
Bendera harus bersih
Bendera harus utuh / tidak sobek
Bendera tidak boleh untuk alas
Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
Bendera tidak boleh ada tambalan
Bendera tidak boleh untuk bermain
Bendera tidak boleh untuk pembungkus
Bendera tidak boleh untuk pakaian
Bendera tidak boleh untuk selimut
Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
Pemimpin ialah seorang yang menggerakan orang lain dengan suatu
Yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan ialah sendi yang menggerakan orang lain dalam rangka Mencapai tujuan tertentu.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
Pola Kepemimpinan Formal
Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN:
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.
SIFAT KEPEMIMPINAN YANG BAIK
PENGETAHUAN, BERANI, INISIATIF, TEGAS, BIJAKSANA, DISIPLIN,
DAPAT DIPERCAYA, SIGAP, ULET, OPTIMIS.
PENGERTIAN
Pemimpin ialah seorang yang menggerakan orang lain dengan suatu
Yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Kepemimpinan ialah sendi yang menggerakan orang lain dalam rangka Mencapai tujuan tertentu.
POLA KEPEMIMPINAN
Pola dasar kepemimpinan dapat di bagi 2 :
Pola Kepemimpinan Formal
Pola Kepemimpinan Non Formal
TIPE – TIPE PEMIMPIN:
1. Oktokratis : Organisasi yang di anggap milik pribadi dan anggotanya
Sebagai alat.
2. Demokratis : pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan anggota
Dan selalu memupuk kerja sama.
3. Militeritas : Pemimpin yang selalu menggunakan komandan dari atas
ke bawah.
4. Lais Pepais : Pemimpin yang mempunyai anggota terbatas.
5. Dateriasistis : Pemimpin yang mengangap bawahannya masih muda.
6. Kharisma : Pemimpin yang mempunyai wibawa kepada anggotanya.
SIFAT KEPEMIMPINAN YANG BAIK
PENGETAHUAN, BERANI, INISIATIF, TEGAS, BIJAKSANA, DISIPLIN,
DAPAT DIPERCAYA, SIGAP, ULET, OPTIMIS.
APEL
Komandan Peleton mengambil alih komando Pasukan di istirahatkan“Komando saya ambil alih, siap grak, istirahat ditempat,grak,Ketika memberi komando,komandan ada di depan pasukan dan setelah mengistirahatkan pasukan,komandan di samping kanan.Pada saat Pembina apel memasuki lapangan,pasukan disiapkan kembali oleh komandan “Siap,grak “Penghormatan
Kepada Pembina apel,hormat,grak”.Laporan“Lapor Apel…….siap dilaksanakan,lanjutkan”.Amanat“Untuk amanat,istirahat di tempat,grak”
Setelah amanat,pasukan disiapkan“Menyanyikan lagu Indonesia Raya”.
Selesai Penghormatan“Kepada Pembina apel,Hormat,grak”.Sebelum penghormatan Komandan Laporan terlebih dulu“Apel ………. telah dilaksanakan,laporan selesai”
Ketika Pembina Apel Keluar Lapangan,komandan kembali kedepan pasukan dan memberi komando.“Untuk melaksanakan tugas,bubar,jalan”.
IZIN KELUAR BARISAN
Apabila di dalam barisan ada yang ingin keluar atau kebelakang untuk Buang Air Besar maupun Buang Air Kecil (BAB/BAK),Boleh minta izin keluar barisan :
• Angkat tangan ( telapak ) kanan keatas, apabila komandan / pelatih jawab “Ya”tangan diturunkan dan berkata
“Lapor Capas / paskibra …….minta izin keluar barisan “
atau apabila dengan teman :
“Lapor Capas / paskibra …….beserta …….orang rekan minta izin
keluar barisan “
Komandan / pelatih menjawab “kemana?”
Dijawab “BAB/ BAK”
“Ya,lima menit kembali”oleh pelatih
“Siap lima menit kembali “.
• Balik kanan,dan menuju tempat yang di tuju*
IZIN MASUK BARISAN
Ketika masuk barisan, laporan di lakukan di barisan Penjuru
Paling kanan, angkat telapak tangan kanan ke atas, apabila pelatih Menjawab “Ya”Telapak tangan di turunkan dan berkata“Lapor Capas ……minta izin masuk barisan”Atau apabila dengan teman :“Lapor Capas …beserta….minta izin masuk barisan “Dan pelatih menjawab“Capas / paskibra ….beserta…setelah saya lencang kanankan masuk barisan“Capas balik kanan,dan masuk barisan.
LAPORAN MAKAN
Komandan didepan pasukan,dan ambil alih
Komandan Peleton mengambil alih komando Pasukan di istirahatkan“Komando saya ambil alih, siap grak, istirahat ditempat,grak,Ketika memberi komando,komandan ada di depan pasukan dan setelah mengistirahatkan pasukan,komandan di samping kanan.Pada saat Pembina apel memasuki lapangan,pasukan disiapkan kembali oleh komandan “Siap,grak “Penghormatan
Kepada Pembina apel,hormat,grak”.Laporan“Lapor Apel…….siap dilaksanakan,lanjutkan”.Amanat“Untuk amanat,istirahat di tempat,grak”
Setelah amanat,pasukan disiapkan“Menyanyikan lagu Indonesia Raya”.
Selesai Penghormatan“Kepada Pembina apel,Hormat,grak”.Sebelum penghormatan Komandan Laporan terlebih dulu“Apel ………. telah dilaksanakan,laporan selesai”
Ketika Pembina Apel Keluar Lapangan,komandan kembali kedepan pasukan dan memberi komando.“Untuk melaksanakan tugas,bubar,jalan”.
IZIN KELUAR BARISAN
Apabila di dalam barisan ada yang ingin keluar atau kebelakang untuk Buang Air Besar maupun Buang Air Kecil (BAB/BAK),Boleh minta izin keluar barisan :
• Angkat tangan ( telapak ) kanan keatas, apabila komandan / pelatih jawab “Ya”tangan diturunkan dan berkata
“Lapor Capas / paskibra …….minta izin keluar barisan “
atau apabila dengan teman :
“Lapor Capas / paskibra …….beserta …….orang rekan minta izin
keluar barisan “
Komandan / pelatih menjawab “kemana?”
Dijawab “BAB/ BAK”
“Ya,lima menit kembali”oleh pelatih
“Siap lima menit kembali “.
• Balik kanan,dan menuju tempat yang di tuju*
IZIN MASUK BARISAN
Ketika masuk barisan, laporan di lakukan di barisan Penjuru
Paling kanan, angkat telapak tangan kanan ke atas, apabila pelatih Menjawab “Ya”Telapak tangan di turunkan dan berkata“Lapor Capas ……minta izin masuk barisan”Atau apabila dengan teman :“Lapor Capas …beserta….minta izin masuk barisan “Dan pelatih menjawab“Capas / paskibra ….beserta…setelah saya lencang kanankan masuk barisan“Capas balik kanan,dan masuk barisan.
LAPORAN MAKAN
Komandan didepan pasukan,dan ambil alih
LAPORAN MAKAN
Komandan di depan pasukan, dan ambil alih Komando : “Komando saya ambil alih,siap,grak / duduk siap,grak.Balik kanan menghadap pelatih,laporan“Akang dan teteh harap menyesuaikan diri“Lapor Capas / paskibra … siap menikmati hidangan makanan …”Pelatih Jawab“Saya kasih waktu lima menit,untuk makan,dan sebelum makan lakukan do’a“Siap laksanakan”oleh komandan
Komandan balik kanan manghadap pasukan dan memberi komando: “Sebelum makan …..,marilah kita berdo’a menurut Agama dan kepercayaan masing – masing,berdo’a Di persilahkan“Do’a di akhiri,makan di beri waktu lima menit,duduk istirahat di tempat,grak”Masing – masing mempersiapkan makan dan kasih komando bila sudah siap makan :“Makan mulai “,diulang oleh pasukan “Kang,teh makan !”Bersama komandan dan pasukan.
Posisi makan“Badan tegap,pandangan lurus (sendok / makanan yang ke mulut),mata melirik ke makanan,piring di tangan kiri ke ataskan didepan regu.
LAMBANG PENGUKUHAN
Lambang kepemimpinan ( LK )
Anggota paskibra setelah mengikuti latihan kepemimpinan pemuda tingkat printis ,maka di kukuhkan oleh penanggung jawab.Latihan dengan disematkan LK tingkat perintis di atas saku kiri atas,adapun LKyang lain :
• Warna Hijau untuk latihan perintis Pemuda
• Warna Merah untuk latihan pemuka Pemuda
• Warna Kuning untuk latihan pendamping Pemuda
• Warna Ungu untuk latihan peƱatas Pemuda
• Warna Abu- abu untuk latihan penaya Pemuda
Komandan di depan pasukan, dan ambil alih Komando : “Komando saya ambil alih,siap,grak / duduk siap,grak.Balik kanan menghadap pelatih,laporan“Akang dan teteh harap menyesuaikan diri“Lapor Capas / paskibra … siap menikmati hidangan makanan …”Pelatih Jawab“Saya kasih waktu lima menit,untuk makan,dan sebelum makan lakukan do’a“Siap laksanakan”oleh komandan
Komandan balik kanan manghadap pasukan dan memberi komando: “Sebelum makan …..,marilah kita berdo’a menurut Agama dan kepercayaan masing – masing,berdo’a Di persilahkan“Do’a di akhiri,makan di beri waktu lima menit,duduk istirahat di tempat,grak”Masing – masing mempersiapkan makan dan kasih komando bila sudah siap makan :“Makan mulai “,diulang oleh pasukan “Kang,teh makan !”Bersama komandan dan pasukan.
Posisi makan“Badan tegap,pandangan lurus (sendok / makanan yang ke mulut),mata melirik ke makanan,piring di tangan kiri ke ataskan didepan regu.
LAMBANG PENGUKUHAN
Lambang kepemimpinan ( LK )
Anggota paskibra setelah mengikuti latihan kepemimpinan pemuda tingkat printis ,maka di kukuhkan oleh penanggung jawab.Latihan dengan disematkan LK tingkat perintis di atas saku kiri atas,adapun LKyang lain :
• Warna Hijau untuk latihan perintis Pemuda
• Warna Merah untuk latihan pemuka Pemuda
• Warna Kuning untuk latihan pendamping Pemuda
• Warna Ungu untuk latihan peƱatas Pemuda
• Warna Abu- abu untuk latihan penaya Pemuda
VISI
“Memberikan pengetahuan tentang unsur dasar PBB dan memberikan pengarahan kepada setiap anggota Paskibra untuk berdisiplin”
MISI
1.Membentuk pribadi yang disiplin
2.Mempererat tali persaudaraan antar anggota Paskibra
3.Membekali pengetahuan tentang PBB kepada setiap anggota Paskibra.
4.Membentuk mental yang kuat.
“Memberikan pengetahuan tentang unsur dasar PBB dan memberikan pengarahan kepada setiap anggota Paskibra untuk berdisiplin”
MISI
1.Membentuk pribadi yang disiplin
2.Mempererat tali persaudaraan antar anggota Paskibra
3.Membekali pengetahuan tentang PBB kepada setiap anggota Paskibra.
4.Membentuk mental yang kuat.
BENDERA PUSAKA
Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, jam 10.00 pagi, di
Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan
Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah putih
dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief
Hendraningrat. Bendera ini dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati Soekarno.
Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera Pusaka". Bendera
Pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan tembakan, sampai Ibukota
Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang dilakukan Belanda semakin
meningkat maka Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan
dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya, Ibukota
Republik Indonesia dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19
Desember 1948, Belanda melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat Istana
Presiden, Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar
dipanggil oieh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera
Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari
sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi
Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan,
Bapak Husein Mutahar terpaksa harus memisahkan antara bagian merah dan
putihnya.
Pada saat
penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan antara Presiden Soekarno dan
Bapak Husein Mutahar. Percakapan tersebut dapat dilihat dalam buku "Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat" karangan Cindy Adams. Berikut petikannya:
`Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden
Soekarno, pen.). "Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak
tahu", kataku ringkas. "Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu
pribadi.
Dengan ini,
memberikan tugas kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu, ini
tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya
engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali
kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau
gugur dalam menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada
orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana
engkau mengerjakannya." Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan
berdoa. Di sekeliling kami, born berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir
melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh be rat. Akhirnya, is
memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua
belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna
Dinata, benang jahitan di antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan
oleh Ibu Fatmawati berhasil dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua,
masing-masing bagiannya itu, merah dan putih, dimasukkan pada dasar dua tas
milik Bapak Husein Mutahar, Selanjutnya pada kedua tas tersebut, dimasukkan
seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka dipisah menjadi dua
karena Bapak Mutahar berpikir bahwa apabila Bendera Pusaka merah putih
dipisahkan, tidak dapat disebut Bendera, karena hanya berupa dua carikkain
merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan, kemudian Bapak Husein
Mutahar dan beberapa staf kepresidenan ditangkap dan diangkut dengan pesawat
dakota. Ternyata, mereka dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi
tahanan kota, Bapak Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal
laut menuju Jakarta.
Di Jakarta, beliau menginap di
rumah Sutan Syahrir Selanjutnya, beliau kost di Jln. Pegangsaan Timur No. 43,
di rumah Bapak R. Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di
Jakarta, Bapak Husein Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar
dapat segera menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni
1948, pada pagi hari, Bapak Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak
Soedjono yang tinggal di Oranye Boulevard (sekarang J1n. Diponegoro) Jakarta.
Isi pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden Soekarno
yang ditujukan kepada Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya, surat itu diambil
oleh beliau dan ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi
yang pokok isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein
Mutahar supaya menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak
Soedjono agar Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada
Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak
memerintahkan Bapak Husen. Mutahar datang ke Bangka untuk menyerahkan sendiri
Bendera Pusaka itu langsung kepada Presiden Soekarno tetapi menggunakan Bapak
Soedjono sebagai perantara. Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan
perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang
Republik Indonesia dari Jakarta yang diperbolehkan mengunjungi tempat
pengasingan Presiden Soekarno pada waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi
Republik Indonesia, antara lain, Bapak Soedjono, sedangkan Bapak Husein
Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal
keberangkatan Bapak Soedjono, dengan meminjam mesin jahit milik seorang
Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh
Bapak Husein Mutahar persis di lubang bekas jahitan aslinya. Akan tetapi,
sekitar 2 cm dari ujung bendera ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnva,
Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada Bapak
Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden Soekarno. Hal ini sesuai dengan
perjanjian Presiden Soekarno dengan Bapak Mutahar seperti dijelaskan di atas.
Dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang diperintahkan Bung
Karno, selesailah tugas penyelamatan Bendera Pusaka oleh Bapak Husein
Mutahar. Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau tidak lagi
menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka. Sebagai penghargaan atas jasa
menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Husein Mutahar,
Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerah-kan Bintang Mahaputera pada
tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden Soekarno.
PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH DI
GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA
Menjelang peringatan Hari Ulang
Tahun ke-2 Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno memanggil salah
seorang ajudan beliau, yaitu Mayor (L) Husein Mutahar. Selanjutnya, Presiden
Soekarno memberi tugas kepada Mayor (L) Husein Mutahar untuk mempersiapkan
dan memimpin upacara peringatan Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
tanggal 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Bapak Husein Mutahar berpikir
bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya
dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian, beliau menunjuk 5 orang
pemuda yang terdiri atas 3 orang putri dan 2 orang putra perwakilan daerah
yang berada di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas. Lima orang tersebut
merupakan simbol dari Pancasila. Salah seorang dari pengibar bendera tersebut
adalah Titik Dewi pelajar SMA yang berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di
Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini
kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1947 dan tangga 17 Agustus 1948 dengan
petugas pengibar bendera tetap orang dari perwakilan daerah lain yang ada di
Yogyakarta.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta beberapa pemimpin Republik
Indonesia lainnya, tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka dengan membawa
serta Bendera Pusaka. Pada tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali
dikibarkan pada upacara peringatan detik-detik Proldamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia di depan Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Tanggal
27 Desember 1949, dilakukan penandatanganan. naskah pengakuan kedaulatan di
negeri Belanda dan penyerahan kekuasaan di Jakarta. Sementara itu Di
Yogyakarta, dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada
Republik Indonesia Serikat. Tanggal 28 Desember 1949, Presiden Soekarno
kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia
Serikat.
Setelah empat tahun ditinggalkan,
Jakarta kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Pada hari itu, Bendera
Pusaka Sang Merah Putih dibawa ke Jakarta. Untuk pertama kali, peringatan
Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950,
diselenggarakan di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Sang Merah Putih
berkibar dengan megahnya di tiang 17 m dan disambut dengan penuh kegembiraan
oleh seluruh bangsa Indonesia. Regu-regupengibar dari tahun 1950-1966
dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.
BERDIRINYA DIREKTORAT JENDERAL
URUSAN PEMUDA DAN PRAMUKA (DITJEN UDAKA) DAN LATIHAN PANDU INDONESIA
BERPANCASILA
Pada saat memperingati ulang tahun
ke-49, tanggal 5 Agustus 1966, Bapak Husein Mutahar menerima "kado"
dari pemerintah: beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan
Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah berpindah-pindah
tempat/kantor kerja dari Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) ke bekas
Gedung Dep. PTIP di Jalan Pegangsaan Barat. Ditjen UDAKA akhirnya menempati
gedung bekas NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur No.14. Suatu kegiatan yang
diadakan Ditjen UDAKA ada kaitannya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan
Pandu Indonesia ber-Pancasila. Latihan ini sempat diujicobakan 2 kali pada
tahun 1966 dan tahun 1967, kemudian dimasukkan kurikulum ujicoba Pasukan
Pengerek Bendera Pusaka tahun 1967 yang anggotanya terdiri atas para Pramuka
Penegak dan Gugus depan-Gugus depan di DKI Jakarta.
PERCOBAAN PEMBENTUKAN PASUKAN
PENGEREK BENDERA PUSAKA TAHUN 1967 DAN PASUKAN PERTAMA TAHUN 1968
Tahun 1967, Bapak Husein Mutahar
dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah pengibaran
Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta,
beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1.
Kelompok 17- PENGIRING/PEMANDU
2.
Kelompok 8 - PEMBAWA/INT1
3.
Kelompok 45- PENGAWAL
Ini merupakan simbol/gambaran dari
tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia: 17 Agustus 1945 (17-8-45).
Pada waktu itu, dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah
yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/ Pramuka untuk melaksanakan
tugas pengibaran Bendera Pusaka. Semula, rencana beliau untukkelompokpengawal
45 akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (generasi muda ABRI •sekarang
TNI), tetapi libur perkuliahan dan transportasi Magelang - Jakarta menjadi
kendala, sehingga sulit dilaksanakan. Usul lain untuk menggunakan anggota
Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR. dan BRIMOB) juga tidak
mudah. Akhirnya, kelompok pengawal 45 diambil dari Pasukan Pengawal Presiden
(PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di istana,
Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1968,
petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Akan
tetapi, propinsi - propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga
masih harus ditambah oleh mantan anggota pasukan tahun 1967. Tahun 1969
karena Bendera Pusaka kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin
lagi untuk dikibarkan, dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan di
tiang 17 m Istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dan bahan
bendera (wol) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong
memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih Duplikat
Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah terbuat dari sutra alam dan alat
tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi
satu tanpa dihubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli
Indonesia. Pembuatan Duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai
Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT Ratna di Ciawi Bogor. Dalam praktik
pembuatan Duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat yang
ditentukan Bapak Husein Mutahar karena cat asli Indonesia tidak memiliki
warna merah bendera yang standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin
memerlukan waktu yang lama.
Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana
Negara Jakarta, berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah
Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presidcn Soeharto kepada Gubernur
seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Propinsi dapat
dikibarkan Duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi
bersamaan dengan upacara peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana
Merdeka Jakarta. Selanjutnya, Duplikat Bendera Pusaka dan Reproduksi Naskah
Proklamasi juga diserahkan kepada Kabupaten-Kota dan perwakilan-perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari
6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan
Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia, tanggal 17
Agustus 1969, sedangkan Bendera Pusaka terlipat dalam kotak bertugas
mengantar dan menjemput Bendera Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun 1967 s.d. tahun 1972,
anggota Pasukan Pengibar Bendera adalah para remaja SMA setanah air
Indonesia, yang merupakan utusan dari 26 propinsi di Indonesia. Setiap
propinsi, diwakili oleh sepasang remaja yang, dinamakan Pasukan Pengerek
Bendera Pusaka. Pada tahun 1973, Bapak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama
untuk anggota pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka. Pas berasal
dari Pasukan, dan kib berasal dari pengibar, ra berasal dari bendera dan ka
dari pusaka. Mulai saat itu, singkatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah
Paskibraka.
|
0 komentar:
Posting Komentar